PELAJARAN DARI KUBURAN

Helmi Nursyifa*

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri. Beliau berkata, “Rasulullah SAW memasuki tempat shalat beliau lalu beliau melihat orang-orang. Mereka tengah asyik saling berbicara. Kemudian Beliau bersabda: ‘Andaikata kalian banyak mengingat ‘pemutus kenikmatan’ niscaya kalian tidak banyak berbicara seperti ini, seringlah mengingat pemutus kenikmatan, yakni kematian.”

Tidaklah ada suatu hari berlalu bagi kubur melainkan ia berkata dengan beberapa kalimat:

‘Akulah keasingan. Akulah rumah kesendirian. Akulah rumah kegelisahan.

Akulah rumah kegelapan. Akulah rumah debu. Akulah rumah belatung.’

Apabila seorang hamba mukmin disemayamkan dalam kubur, maka kuburan berkata kepadanya:

‘Selamat datang, ingatlah bahwa sesungguhnya engkau adalah orang yang paling kusenangi yang berjalan di atas punggungku. Hari ini, engkau berada dalam kuasaku. Engkau akan melihat apa yang kulakukan kepadamu.’ Kemudian, kubur diluaskan baginya sejauh mata memandang dan dibukakan baginya pintu menuju surga.

Sedangkan apabila yang disemayamkan adalah orang kafir, maka kuburan akan berkata kepadanya,  ‘Tidak ada sambutan untukmu. Ingatlah bahwa sesungguhnya engkau adalah orang yang paling ku benci yang melintas di atas punggungku. Saat ini aku diberi kuasa atasmu dan engkau telah kembali kepadaku. Engkau akan melihat apa yang akan aku lakukan kepadamu. Lalu kubur menghimpitnya hingga tulang tulangnya melesat tak karuan.’

Abu Sa’id berkata; ‘Rasulullah memperagakan hal itu dengan memasukkan sebagian jari-jemarinya ke sebagian yang lain. kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Allah menyiapkan tujuh puluh ular untuk orang kafir tersebut. Seandainya salah satu diantara ular-ular tersebut menghembuskan bisanya ke bumi, niscaya bumi tidak akan ditumbuhi satu tumbuhan pun. Kemudian ular itu menggigit dan merobek-robek orang tersebut hingga ia didatangkan ke yaumul hisab”.

Abu Sa’id berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kubur bisa menjadi kebun surga atau parit neraka.”

Diceritakan dari Abu Bakar Al-Isma’ili dengan sanad dari Sayidina Usman bin Affan ra. bahwa  sesungguhnya apabila Sayidina Usman mendengar cerita tentang neraka, beliau tidak menangis. Ketika mendengar cerita tentang kiamat, beliau tidak menangis. Namun, apabila mendengar cerita tentang kubur, beliau pun menangis.

Ada yang bertanya kepada beliau,  “Mengapa demikian, wahai Amirul Mukminin?” Sayidina Usman menjawab, “Apabila aku berada di neraka, aku tinggal bersama manusia. Pada hari kiamat aku tinggal bersama manusia. Sedangkan, apabila aku berada di dalam kubur, aku hanya seorang diri tidak ada seorang manusia pun bersamaku ketika aku berada di dalam kubur.”

Sesungguhnya kunci kubur dipegang oleh  malaikat Israfil. Dialah yang membuka kubur pada hari kiamat. Dia berkata, “Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai penjara, maka kubur adalah surganya. Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai surga, maka kubur adalah penjaranya. Barangsiapa yang kehidupannya diikat oleh dunia, maka kematian merupakan pembebasnya. Dan barangsiapa meninggalkan bagiannya didunia, maka ia akan memperolehnya di akhirat.”

Malaikat Israfil berkata, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya, yang membuat Tuhan ridha sebelum bertemu dengan-Nya, dan yang memakmurkan kubur sebelum memasukinya.”

(Helmi Nursyifa, santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Putri Kroya. Tulisan ini disarikan dari kitab ‘Ushfuriyah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: