Mengasihi Makhluk, Dikasihi Sang Khalik

Dalam sebuah riwayat populer dikisahkan, suatu hari ketika Sayidina Umar Ra berjalan di jalanan Madinah, beliau mendapati seorang anak yang tengah mempermainkan seekor burung. Merasa iba pada sang burung, Sayidina Umar menawarkan kepada anak tersebut untuk membelinya. Si anak setuju. Maka sang burung pun beralih ke tangan Sayidina Umar yang kemudian melepasnya.

Kisah ini kemudian berlanjut ketika Sayidina Umar telah wafat. Konon, banyak orang bertemu Sayidina Umar dalam mimpi mereka. Mereka pun menanyakan keadaan beliau.

“Apa yang Allah perbuat kepada engkau, Ya Umar?” tanya mereka.

“Allah mengampuni dan memaafkanku,” jawab Umar.

“Karena apa? Apakah karena engkau bertindak adil? Atau karena engkau zuhud? Atau karena engkau dermawan?” sambung mereka.

“Ketika kalian menimbunku dengan tanah dan meninggalkan aku sendirian di dalam kuburku, maka ketika itulah dua sosok malaikat yang menakutkan mendatangiku,” kisah Umar. “Di hadapan keduanya aku benar-benar tidak tahu hendak berbuat apa. Akalku seolah hilang dan persendianku gemetar. Namun, ketika mereka mendudukkanku dan hendak menanyaiku, tiba-tiba terdengar suara, ‘tinggalkan hamba-Ku dan jangan kalian menakutinya. Aku memaafkannya dan menyayanginya karena dia telah menyayangi seekor burung di dunia, maka Aku menyayanginya di akhirat.’”

Terdapat juga riwayat lain yang sama populernya. Kali ini riwayat tersebut berkenaan dengan Imam al-Ghazali. Setelah beliau wafat, ada orang yang bermimpi bertemu beliau. Penasaran, orang ini menanyakan keadaan beliau di alam sana.

“Apa yang Allah perbuat kepadamu?” tanyanya.

Imam al-Ghazali menjawabnya dengan berkisah. Ketika berada di hadapan Allah, ia ditanya tentang bekal apa yang ia serahkan untuk-Nya. Imam al-Ghazali pun menjawab dengan menyebut satu per satu prestasi ibadah yang pernah ia jalani di kehidupan dunia. Namun, ternyata semua itu ditampik. Kecuali satu kebaikan yang seolah terlihat sepele. Kebaikan yang berkenaan dengan seekor lalat!

Syahdan, suatu hari Sang Imam tengah asyik menulis. Keseriusannya terhenti ketika ada seekor lalat hingga di tempat tintanya. Rupanya, lalat tersebut kehausan dan mencoba minum dari wadah tinta Sang Imam. Iba, Imam al-Ghazali pun membiarkannya hingga terpuaskan dahaganya. Rupanya, amal inilah yang mengantarkan Sang Imam ke surga.

Riwayat yang pertama bisa Anda baca dalam kitab al-Mawa’id al-‘Ushfuriyah sementara riwayat tentang Imam al-Ghazali dinukil dari kitab Nashaihul ‘Ibad. Apa yang kita pelajari dari riwayat tersebut? Anda bisa menyimpulkannya sendiri.

Prestasi ibadah, perjuangan, dan kontribusi sangat besar dari tokoh sekelas Sayidina Umar dan Imam al-Ghazali ternyata tidak bisa dibandingkan dengan kasih sayang yang mereka tunjukkan kepada makhluk Allah. Ya, kepada seekor burung kecil dan lalat yang seringkali kehadirannya tidak kita perhatikan.

Betapa besar anugrah yang Allah berikan kepada hambanya yang memberikan kasih sayang kepada makhluk lain. Dan, untuk hal yang satu ini nampaknya berlaku bagi siapa saja. Dalam kisah populer lainnya, diriwayatkan bahwa seorang pelacur penuh dosa mendapat ampunan gara-gara dia memberi minum kepada seekor anjing yang tengah kehausan.

Masih banyak kisah serupa yang bisa kita temukan dalam khazanah literatur turots  pesantren. Mari kita simak satu riwayat lagi untuk menutup tulisan ini.

Dahulu kala, hiduplah seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil. Dikisahkan bahwa suatu hari dia melewati gundukan pasir. Saat itu, Bani Israil tengah dilanda paceklik sehingga banyak orang kelaparan. Demi melihat gundukan pasir tersebut, terbersit angan dalam pikiran sang ahli ibadah. Seandainya ini adalah gundukan tepung, bukan pasir, pastilah akan bisa mengenyangkan perut mereka yang tengah kelaparan akibat paceklik.

Kisah berlanjut. Rupanya, lintasan angan sang ahli ibadah mendapat respons dari Allah. Melalui nabi-Nya, Allah menurunkan wahyu berkenaan dengan sang ahli ibadah. Allah memerintahkan salah satu nabi-Nya untuk menyampaikan kepada sang ahli ibadah bahwa Allah memberikan pahala besar kepadanya. Ternyata, bahkan hanya sebuah lintasan pikiran pun diganjar dengan pahala besar. Lintasan pikiran yang mengandung kasih sayang kepada makhluk Allah.

Betapa pemurahnya Sang Khalik kepada setiap orang yang berbuat baik kepada makhluk-Nya. Tidakkah riwayat-riwayat ini akan membuat kita berpikir sejuta kali ketika hendak menyakiti makhluk-Nya? Kasihanilah makhluk Allah, walau hanya seekor lalat, maka Allah akan mengasihimu. Nabi SAW bersabda:

الراحمون يرحمهم الرحمن، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء.

Dan jika kemudian ada aksi teror yang justru menjadikan manusia sebagai sasaran, maka..

Ah sudahlah! Pesan pentingnya sudah kita tangkap. Kasihanilah makhluk, sayangilah makhluk, jika kau ingin dikasihi oleh Sang Khalik!

-seri ngaji Ramadhan 2018 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: