Riwayat Kalila wa Dimna

Kisah sebuah buku yang menjadi warisan banyak bangsa, menjadi best seller selama berabad abad, dan hingga kini masih dibaca umat manusia. Buku tersebut adalah Pancatantra, atau di Arab dikenal sebagai Kalila wa Dimna. Uniknya, setelah berputar-putar ke berbagai perdaban dan kebudayaan, pada abad ke-19 orang India menerjemahkan buku tersebut ke dalam bahasa Hindustan, yang sebenarnya lahir di tanah mereka sendiri!

Lahir di India

Banyak orang menganggap buku ini berasal dari India dan aslinya berbahasa Sansekerta yang ditulis pada abad keempat Masehi dengan judul Panchatantra atau Lima Kebijakan. Aslinya, buku ini ditulis untuk tiga orang pangeran muda yang bandel. Kebandelan mereka membuat gurunya frustasi dan ayahnya kebingungan. Ayahnya yang khawatir dengan masa depan kerajaan karena melihat para calon penerusnya tidak menguasai pengetahuan, bahkan yang paling dasar sekalipun, menceritakan problem tersebut pada patihnya yang bijak. Inilah yang kemudian membuat sang patih menulis Pancatantra, yang berisi kebijaksanaan dalam bentuk kisah binatang (fabel). Arkian, setelah membaca buku tersebut, para pangeran tersadar dan bersedia belajar hingga akhirnya bisa memerintah dengan adil.

Masuk Ke Persia

Dua ratus tahun kemudian, seorang Syah mengirim dokter pribadinya, Burzoe, ke India untuk mencari tumbuhan tertentu yang konon bisa memberikan kehidupan abadi. Mematuhi titah raja, Burzoe pergi ke India. Namun, ketika kembali dia tidak membawa tumbuhan tersebut, melainkan Pancatantra yang dia klaim memiliki khasiat sebagus tumbuhan yang dicari karena buku tersebut memberikan kebijaksanaan pada para pembacanya. Syah memerintahkan Burzoe untuk menerjemahkan buku tersebut ke dalam bahasa Pahlevi. Ternyata sang Syah sangat menyukai buku tersebut sampai-sampai dia mendirikan ruangan khusus unutk menyimpan buku tersebut.

Penerjemahan Arab

Tiga ratus tahun kemudian, setelah kaum Muslim menguasai Persia dan Timur Tengah , seorang Muslim Persia bernama Ibn Muqaffa membaca versi Persia tersebut dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab dengan gaya bahasa Arab yang mempesona sampai-sampai banyak orang salah menganggapnya sebagai karya prosa Arab. Dengan diberi judul Kalila wa Dimna, nama dari dua serigala tokoh buku tersebut, buku ini sebenarnya ditulis untuk para pegawai publik. Namun karena sangat menghibur sehingga sangat populer di banyak kalangan, menjadi cerita rakyat di Arab.

Tiba Di Eropa dan Kembali di India

Ketika orang Arab menegakkan dinasti di Spanyol, Andalusia, buku ini turut dibawa dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol kuno pada abad ke-13. Dari Spanyol, buku ini masuk ke Italia dan menjadi salah satu buku yang dicetak ketika mesin cetak pertama kali ditemukan. Dari Italia, buku tersebut diterjemahkan ke bahasa Yunani, Jerman, dan bahasa-bahasa lainnya. Sementara versi Arabnya diterjemahkan ke dalam bahasa Etipia, Suriah, Persia, Turki, Melayu, Jawa, Laos, dan Siam.

Pada abad ke-19 buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Hindustan, sehingga lengkaplah daur yang dimulai 1500 tahun yang lalu di Kashmir.

 

2 tanggapan untuk “Riwayat Kalila wa Dimna

  • 27 Februari 2018 pada 10:37
    Permalink

    Kalila dan Dimna kayaknya buku menarik. Saya pingin memiliki, Di mana saya bisa dapatkan yang versi bahasa Jawa ?

    Balas
    • 27 Februari 2018 pada 13:05
      Permalink

      sepertinya baru ada terjemahan bahasa Indonesia. Kalau bahasa Jawa, apalagi Kromo, tampaknya masih harus diupayakan sendiri. hehe

      Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: