Santri Di Layar Bioskop
Kita telah sering melihat bagaimana pesantren dan santri dipotret dalam karya-karya ilmiah yang berbentuk buku maupun jurnal. Namun,bagaimana ketika kehidupan santri ditampilkan dalan layar bioskop?
Dekade 2000-an mungkin menjadi masa di mana banyak dilahirkan film-film bertema santri dan pesantren. Dimulai dengan booming film Ayat-Ayat Cinta yang diadaptasi dari novel berrkisah tentang sosok santri Indonesia yang tengah melanjutkan studi di universitas al-Azhar, trend ini melahirkan beberapa film bertema serupa seperti Perempuan Berkalung Sorban. Meski tidak secara langsung menceritakan sosok santri, namun film ini mengisahkan tentang keluarga kyai dengan menggunakan sudut pandang yang oleh banyak kalangan dianggap kontroversial. Kemudian ada 3 Cinta, 3 Doa yang mengisahkan pergulatan 3 orang santri dengan kehidupan pesantren. Ini film yang asyik untuk ditonton. Selain itu ada juga film Negeri Lima Menara yang sukses mempopulerkan semboyan khas pesantren “man jadda wajada.”
Namun, sebelum film-film tersebut, pada dekade 1970-an juga telah lahir film bertema serupa dengan garapan yg tidak kalah bagusnya. Film tersebut berjudul al-Kautsar. Selain banyak penghargaan yg diperoleh, keistimewaan lain dari film ini adalah, film ini menjadi ekspresi dari kerj kolektif talenta-talenta besar dlm bidang seni, khususnya film dan teater. Ya, film ini dibintangi oleh WS Rendra, disutradarai oleh Chairul Umam, dan naskahnya ditulis oleh Asrul Sani. Kurang apa lagi coba?
Film ini berkisah tentang sosok santri dari pesantren Pabelan bernama Saiful (diperankan WS Rendra) seorang santri yang tidak hanya pintar mengaji namun juga ahli dalam bidang pertanian. Suatu saat, Saiful diutus untuk mengajar di suatu desa. Di sana, ternyata Saiful tidak hanya mengajar namun bergerak lebih jauh untuk menularkan keahliannya dalam bidang pertanian. Sepak terjang Saiful ini rupanya mengusik seorang juragan dan dianggap bisa merongrong pengaruh juragan tersebut di desa itu. Akhirnya, Saiful harus menghadapi tipu daya dan kelicikan sang juragan. Namun, sebagai santri yang gigih, Saiful tidak gentar sedikitpun. Dia hadapi sang juragan tersebut hingga akhirnya menang. Kisah ini dipermanis dengan kisah kasih Saiful dengan calon istrinya yang merupakan bunga desa setempat.
Apa yang menarik dari kisah film ini? Jika dibandingkan dengan sosok-sosok santri yg digambarkan dalam film tahun 2000-an, sosok santri Saiful adalah sosok yang sangat berbeda. Dalam diri santri Saiful selain terdapat ketampanan (Rendra waktu muda), kebaikan budi pekerti, kecerdasan, kesalehan, dan keahian dalam ilmu agama, ada satu hal yang sangat menonjol dan tidak ada dalam film-film santri generasi setelahnya, yakni kemampuan menjadi insipirator perubahan atau agent of change yang berani turun dan berjuang langsung bersama masyarakatnya. Seolah, film ini hendak menyatakan pada kita bahwa predikat tamyiz adalah bukan sekedar yang tertulis dalam ijazah, melainkan seberapa mampu seorang santri bisa menjadi inspirator di tengah-tengah masyarakat. Seberapa besar peran dan tanggung jawab sosial yang bersedia ia tanggung.
Cerita santri tidak pernah habis, selalu menarik, dan lebih dari itu, menginspirasi. Thanks mas pengelola Web ini, menjadi semakin Pede jadi santri. Jika ada link film itu yang bisa diakses di sini, tentu lebih menarik lagi. Saiful, oh Saiful.
Terima kasih… untuk filmnya bisa disimak di tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=wzYstcmqjcg
Nggk sengaja iseng2 browsing di google tentang pondok pesantren miftahul huda kroya nemu alamat mifdakroya.com , jadi ngerasa bangga seneng bisa & pernah menjadi menjalani hidup dilingkungan mifda kroya, nyampe nggk terasa sekitar 2 jam an bacanya mifdakroya.com terus hehe. semoga Alloh senantiasa melimpahkan rahmat & keberkahan kepada keluarga besar yayasan miftahul huda kroya.