SPIRITUALITAS KERETA API

Oleh: Fachrur Rozie

Di akhir September 2017 saya naik kereta api lagi. Kelasnya masih sama dengan yang lalu-lalu, ekonomi, sesuai dengan daya dukung yang tersedia. Cuma yang ini kelas ekonomi tetapi premium. Nyaman. Serasa eksekutif. Kursinya bisa diatur.

KAI terus saja tak henti-hentinya meningkatkan performa demi memuaskan pelanggannya. Mereka kompak dan bersinergi melakukan pembenahan di semua lini untuk menjadi lebih baik dan menjadi moda transportasi yang disukai.

Saya tidak pernah tahu, lebih tepatnya tidak mau tahu agama apa yang dianut oleh direktur PT. KAI dan para pegawai di bawahnya. Saya tahunya bahwa naik kereta api itu sekarang nyaman banget. Keretanya bersih, crew-nya ramah, pramugara-pramugarinya oke, dan satu lagi yang penting : prediksi waktu keberangkatan dan kedatangan nyaris akurat.

Saya kira, direktur PT. KAI dan para pegawainya juga tidak mau tahu dengan agama yang dianut oleh para pengguna kereta api. Mereka hanya peduli kepada peningkatan layanan yang lebih baik kepada para penumpang.

KAI melayani semua penumpang secara sama tanpa memandang agama, ras, dan dari golongan mana penumpang itu berasal. Saya merasakan bahwa memberikan layanan terbaik kepada semua penumpang adalah spiritualitas yang dimiliki oleh semua pegawai PT. KAI.

Soal spiritualitas ini penting, karena ia mendasari semua gerak langkah dan perilakunya ketika menghadapi para penumpang. Sebagai orang Indonesia, saya yakin bahwa mereka mendasarkan spiritualitas itu pada agama yang dianutnya. Ini mencerminkan performa. Tetapi, dan ini yang lebih penting, mereka tidak mau mempolitisasi agama untuk urusan memberikan layanan kepada para penumpang.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: