Generasi Kedua Ulama Penulis Siroh Nabi SAW
Oleh: Muhammad Wahidu Dahri
Sebenarnya, tidak ada batasan waktu yang pasti berkenaan dengan kapan generasi kedua ini bermula. Perlu diingat bahwa periodisasi ini bukanlah sesuatu yang kaku, melainkan pembatasan yang lentur yang bertujuan untuk memudahkan. Melihat diseminasi keilmuan masa itu di mana seorang murid bisa berkelana dari halaqoh ke halaqoh untuk menuntut ilmu atau mendapat sanad hadis, maka sangat dimungkinkan jika seseorang menjadi guru dan murid dalam waktu yang bersamaan.
Jika generasi awal bisa kita sebut sebagai generasi perintis, maka periode ini masih menandai masa pertumbuhan tradisi penulisan siroh. Pada generasi inilah muncul madrasah tarikh Madinah yang memiliki spesialisasi periwayatan hadis dan siroh. Selain itu, pada generasi ini kita juga melihat tumbuhnya pusat-pusat keilmuan di wilayah di luar Hijaz (Mekkah dan Madinah) sehingga semakin banyak ulama yang terlibat dalam penulisan siroh. Berikut adalah beberapa nama yang bisa dianggap sebagai pionir dari generasi kedua.
- Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri
Sosok inilah yang dianggap sebagai muasis madrasah tarikh Madinah. Berkenaan dengan keahliannya dalam bidang tarikh dan periwayatan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berkata, “Kalian wajib belajar kepada Ibnu Syihab. Tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui tentang sunnah dari Ibnu Syihab.” Pengakuan dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz ini setidaknya bisa menggambarkan seberapa besar reputasi Ibnu Syihab.
Ibnu Syihab yang lahir pada 51 Hijriyah adalah tokoh tabi’in junior. Beliau berasal dari Bani Zuhroh yang merupakan cabang keluarga Nabi SAW dari jalur ibu. Imam Ibnu Syihab masih sempat melihat kehidupan sepuluh sahabat Nabi SAW. Secara keilmuan, beliau belajar dari para ulama besar dari kalangan tabi’in seprti Sa’id bin Musayab, Urwah bin Zubair, Abu Salamah bin Abdur Rahman bin Auf, Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah.
Reputasi Imam Ibnu Syihab dalam bidang keilmuan tampaknya diakui oleh banyak ulama sezaman. Selain pengakuan dari Khalifah Umar bin Abdu Aziz di atas, beliau dikenal sebagai sosok yang menguasai seluruh ajaran dari Tujuh Fuqoha Besar Madinah. Beliau juga dikenal sebagai sosok yang sangat tekun dalam menelaah, menyusun, dan menulis kitab. Konon, karena saking banyaknya waktu yang beliau habiskan untuk kegiatan ilmiah tersebut, istri beliau sampai mengatakan, “kitab-kitab ini adalah saingan beratku,” karena suaminya lebih sering menghabiskan waktu bersama kitab-kitab beliau ketimbang dengan istrinya.
Beliau dikenal sebagai orang pertama yang membukukan hadis atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Mengenai hal ini, Imam As-Suyuthi mengatakan:
أول جامع الحديث والأثر ** إبن شهاب أمراً له عمر
Orang pertama yang membukukan hadits dan atsar adalah ibnu syihab atas perintah umar (bin Abdul Aziz)
Lebih dari 2200 hadits berhasil dihafal oleh Az-Zuhri, dan beberapa diantaranya tertulis dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih muslim. Beberapa ulama pun memujinya dengan pujian bahwa sanad hadits terkuat adalah yang berasal dari jalur Az-Zuhri dari Salim dari Bapaknya. Imam Malik, pendiri Mazhab Maliki, dikenal sebagai salah satu murid beliau. Sementara, Ibnu Ishak, penulis tarikh terkenal merupakan salah satu muridnya dalam bidang tarikh.
- Abdullah bin Abi Bakr bin Muhammad bin Umar bin Khazm al-Anshory
Beliau terlahir dari keluarga Qadhi. Kakeknya, Umar bin Khazm adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang diutus ke Najran untuk menjadi wali di kota tersebut. Sementara ayahnya, menjadi wali dan qodi Madinah pada masa bani Umayyah berkuasa.
Dengan garis keturunan yang demikian, bisa dipahami bahwa beliau tumbuh dalam sebuah keluarga ilmuwan, pemimpin, sekaligus hakim. Memang dalam hal keilmuan beliau banyak meriwayatkan hadis dari ayah beliau, terutama hadis tentang maghazi. Beliau juga dikenal sebagai salah satu sumber rujukan para ulama besar siroh dan para sejarawan. Tercatat, Ibnu Ishak, al-Wakidi, dan Thobari adalah murid beliau. Dalam hal siroh Nabi SAW, riwayat yang beliau kuasai khususnya adalah riwayat tentang keberadaan Nabi SAW di Madinah, utusan-utusan kabilah kepada Nabi SAW, dan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan perang ridah (pemberantasan orang murtad).
Hal lain yang juga istimewa dari diri beliau barangkali adalah istrinya, Fathimah binti Umaroh, merupakan perawi hadis yang sanadnya sampai pada istri Nabi SAW, Sayidah ‘Aisyah.
- ‘Ashim bin Umar bin Qotadah
Meski merupakan guru dari para ulama sejarawan besar seperti Ibnu Ishak dan al-Wakidi, nambu agaknya cukup sulit untuk mendapatkan biografi tokoh yang satu ini. Meski demikian, beliau memiliki kakek yang kisahnya cukup terkenal, yakni Qatadah bin Nu’man. Qotadah bin Nu’man adalah seorang sahabat Nabi SAW yang berasal dari kalangan Anshor. Kisah terkenal mengenai tokoh ini terjadi dalam perang Uhud. Saat itu, mata Qotadah terkena senjata musuh hingga lepas dari rongga matanya. Melihat hal itu, Nabi SAW kemudian berdoa dan mengembalikan mata Qotadah ke rongganya dan sembuh seperti sediakala.
Dari kakeknya inilah ‘Ashim bin Umar bin Qotadah mendapatkan kisah-kisah tentang Nabi SAW yang diriwayatkan oleh bapaknya. Reputasi dan kepakarannya dalam bidang tarikh dan maghazi cukup tinggi sehingga Khalifah Umar bin Abdul Aziz pun meminta beliau untuk mengajar tentang maghazi dan biografi para sahabat Nabi SAW di Masjid Umawi Damaskus. Beliau wafat pada tahun 170 H.