Juraij dan Doa Ibu
Islam memerintahkan kita untuk senantiasa menghormati ibu, bahkan meninggikan derajat ibu tiga kali lebih dari ayah. Selain itu, dalam salah satu hadis, Nabi SAW memerintahkan agar kita menghentikan shalat sunah kita dan memilih untuk memenuhi panggilan ibu.
Selain menempati derajat yang demikian tinggi, ibu juga menjadi sosok yang doanya gampang dikabulkan oleh Allah. Beberapa ulama, akan menyarankan orang yang sowan dan meminta doa agar meminta doa kepada ibunya saja.
Berkenaan dengan doa ibu ini, ada sebuah kisah menarik mengenai seorang saleh yang disebutkan dalam hadis Bukhori. Berikut ikhtisar kisah tentang orang saleh tersebut.
Al-Kisah, pada masa Bani Israil hiduplah seorang saleh bernama Juraij. Dia tinggal di tempat ibadah yang terpisah dari masyarakat sekitar dengan tujuan agar lebih tenang dalam beribadah kepada Allah.
Suatu hari, ibunya berkunjung ke tempat Juraij. Begitu tiba di depan pintu, ibunya mengetuk pintu dan memanggil-manggil nama Juraij. Juraij yang saat itu tengah shalat sunah, sempat mengalami keraguan antara menjawab panggilan ibunya atau meneruskan shalatnya. Akhirnya, dia memutuskan untuk meneruskan ibadah.
Kali lain, sang ibu datang lagi dan menemukan kenyataan yang sama. Anaknya tengah beribadah dan tidak menjawab panggilannya. Hal ini berulang hingga tiga kali. Barangkali karena tersinggung, dari mulut si ibu terucap harapan, “Ya Allah! Jangan matikan anakku sebelum dia bermasalah dengan seorang pelacur.”
Arkian, di wilayah tempat Juraij tinggal terdapat seorang pelacur yang sangat berambisi untuk “menaklukkan” Juraij. Dia sesumbar kepada orang-orang di kampung itu untuk bisa membuat Juraij bertekuk lutut dalam pelukannya. Tentu saja, itu hanya bualan pelacur tersebut. Jangankan membuat Juraij bertekuk lutut, untuk menggoda Juraij saja dia tidak pernah memiliki kesempatan karena Juraij tidak pernah menghiraukannya.
Kisah berjalan. Suatu hari, seorang gembala yang tinggal di dekat tempat Juraij beribadah, tergoda dengan kemolekan sang pelacur hingga kemudian terjadilah hubungan di antara mereka dan sang pelacur hamil. Ketika sang pelacur melahirkan, dengan penuh dusta dia menyatakan kepada orang-orang bahwa bayi tersebut adalah hasil hubungan gelapnya dengan Juraij.
Masyarakat pun gempar. Massa yang marah mendatangi tempat ibadah Juraij. Saking marahnya, mereka menghancurkan tempat ibadah Juraij hingga rata dengan tanah. Juraij tak melawan. Ketika kemarahan massa telah reda, dia meminta agar si bayi dibawa ke hadapannya. Setelah itu, Juraij pun berdoa dan memegang sang bayi dan bertanya pada sang bayi siapakah ayahnya. Atas pertolongan Allah, sang bayi pun menjawab bahwa ayahnya adalah penggembala yang tinggal di dekat tempat ibadah Juraij.
Masyarakat semakin gempar. Kini mereka menyesal telah menuduh Juraij yang shaleh dan bahkan telah merobohkan tempat ibadahnya. Dengan penuh penyesalan, mereka menawarkan untuk membangun tempat ibadah tersebut dengan emas, namun Juraij menolak dan hanya meminta agar dibangun seperti sebelum roboh saja.