KEBIJAKAN DARI TIMUR

Oleh:

H. Fachrur Rozie

Waktu SD saya memperoleh pelajaran tentang asal muasal nenek moyang bangsa Indonesia. Dikatakan oleh ibu guru bahwa nenek moyang kita itu orang pelaut yang berasal dari Yunnan. Mereka datang mengarungi lautan ribuan tahun lalu. Setelah menjelaskan panjang lebar, ibu guru mengajak kami nyanyi bersama : “Nenek moyangku orang pelaut….dst”. Kami tentu senang sekali.

Yunnan adalah sebuah daerah yang masuk teritorial China bagian selatan. Jadi, nenek moyang kita adalah Tionghoa…!!! Yunnan berbatasan dengan Vietnam, Laos, dan Myanmar yang sekarang sedang ramai dengan isu genosida.

Negeri China atau Tiongkok dikenal sebagai negeri yang sudah memiliki peradaban sejak kira-kira 2500 tahun sebelum masehi. Dinasti-dinasti di China turun temurun terbukukan secara rapi. Tata tulis sudah digunakan di China 2000 tahun sebelum masehi, jauh mendahului peradaban Yunani di Eropa yang baru muncul kira-kira abad empat sebelum masehi dengan tokoh-tokohnya seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Kita bisa menghubungkan peradaban China ini dengan kisah heroik Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman.

Karya besar China yang mendunia dan menjadi salah satu warisan peradaban manusia yang dicatat oleh UNESCO adalah tembok China yang konon dibangun selama kurang lebih 300 tahun pada masa dinasti Ming dan membentang sejauh 8851 kilometer. Tembok China atau the Great Wall masih dapat dinikmati sampai hari ini.

Ada lagi yang tidak kalah heboh, yakni Jalan Sutra yang menghubungkan sampai ke negeri Arab. Saat itu perdagangan sudah terjalin antara China, Arab, dan negeri-negeri yang dilewati Jalan Sutra itu. Nabi Muhammad saw dalam suatu riwayat bersabda yang artinya, tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China. Saya yakin, sabda ini terkait erat dengan kondisi China saat itu yang oleh Frederick William disebut sebagai negeri paling beradab.

China sejak dulu sampai sekarang memang menarik dan fenomenal. Pasang surut kemajuan tentu saja terjadi juga di China. Yang menarik, ketika China mengalami kemajuan, rakyat hidup dalam damai dan sejahtera, saat itu pandangan hidup atau ajaran yang dianut rakyat China adalah pandangan hidup yang dikembangkan oleh Confusius.

Termasuk kemajuan spektakuler yang dialami China saat ini yang dirintis oleh mendiang presiden Deng Xiaoping dengan pernyataannya yang terkenal, “tidak penting kucing itu berwarna hitam atau putih, yang penting bisa nangkep tikus”. Bahwa faktanya sekarang China dipimpin oleh partai komunis, itu hanya wadah saja. Komunisme dalam pengertian Marxisme-Lëninisme bukanlah watak orang China.

Mereka lebih memandang Konfusianisme yang sangat menjunjung tinggi persaudaraan, hormat pada orang tua, kemandirian, dan sejenisnya sebagai pegangan hidupnya. Beberapa ajaran yang layak dikemukakan misalnya, di empat penjuru lautan, kita semua bersaudara; jika kamu ingin maju, maka majukan juga orang lain; lalu apa yang kamu tidak inginkan seseorang melakukan itu kepadamu, maka jangan lakukan itu kepada orang lain; dan lain-lain yang menunjukkan komitmen kebersamaan meski hidup dalam aneka perbedaan.

Mereka menjadikan ajaran itu tidak semata sebagai ajaran, tetapi menjadikannya sebagai praksis kehidupan. Lihat saja mereka yang ada di Indonesia, paling tidak di Jawa, bagaimana mereka hidup. Wallahu a’lam bi al-shawab.***

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: